PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Nama : Ariny Rizka
NIM : 11140182000054
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
PEMANASAN:
1.
Andaikata
dilarang tersenyum, apa saja yang akan terjadi?
Suasana
menjadi membosankan, merasa dicuekin oleh orang lain, tidak bebas dalam
bercanda dan berbicara, dsb.
2.
Bagaimana
memperbaiki buku pelajaran, sepatu, tas sekolah, permainan, papan tulis, dsb?
Diperbaiki
dengan lem perekat, di sol, di jait, di paku, dsb.
3.
Kegunaan
kursi selain untuk duduk?
Tempat
untuk meletakkan benda, tidur, manjat tembok atau sejenisnya, dsb.
4.
Buatlah
pertanyaan yang berkaitan dengan “Anak Berkebutuhan Khusus”!
Apakah anak
yang cacat mental, gangguan jiwa, dan autis itu sama? Atau punya kategori
khusus?
A.
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mempunyai
kebutuhan baik permanen maupun sementara untuk memperoleh pelayanan pendidikan
yang disesuaikan yang disebabkan oleh :
1. Kondisi sosial-emosi
2. Kondisi ekonomi
3. Kondisi politik
4.
Kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian
Anak berkebutuhan khusus menurut ahli :
1. Mulyono (2006) : anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan anak-anak yang tergolong cacat atau
menyandang ketentuan dan juga anak yang
berbakat.
2. Heward : anak berkebutuhan khusus adalah anak dngan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
B.
Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah anak yang mengalami
penyimpangan sedemikian rupa dari anak normal baik dalam hal karakteristik
mental, fisik, sosial, emosi ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut, sehingga
memerlukan layanan pendidikan khusus supaya dapat mengembangkan potensinya
seoptimal mungkin.
Dalam pembahasan ini anak berkebutuhan khusus hanya dibatasi dengan lima
anak berkebutuhan khusus diantaranya ; anak tunanetra, anak tunarungu, anak
terbelakang, anak tunadaksa, dan anak tunalaras.
Dalam segi sosialisasi pada umumnya mereka mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, meskipun di balik itu mengalami
kemudahan dalam menyesuaikan dengan sesama anak berkebutuhan khusus yang sama
kelainannya. Kesulitan menyesuaikan diri dapat terjadi karena adanya rasa
rendah diri yang disebabkan adanya kelainan ataupun keterbatasan dalam
kesanggupannya menyesuaikan diri.
Dilihat dari segi stabilitas emosinya, nampak bahwa pada umumnya emosi
kurang stabil, mudah putus asa, tersinggung, konflik diri dan sebagainya. Hal
ini muncul diduga karena keterbatasannya di dalam gerak, wawasan dan
mengendalikan diri.
Sedangkan dalam segi komunikasi juga mengalami hambatan atau gangguan
terutama bagi mereka yang mempunyai kelainan cukup berat, meskipun terbantu
dengan kemampuan-kemampuan lainnya, misalnya : yang mengalami gangguan
penglihatan dapat diatasi dengan pendengaran atau perabaan, gangguan
pendengaran dapat diatasi dengan penglihatannya dan sebagainya.
1.
Karakteristik
dan permasalahan anak tunanetra
Yang dimaksud dengan anak tunanetra adalah anak yang
mengalami penyimpangan atau kelainan indera penglihatan baik kelainan itu
bersifat berat maupun ringan, sehingga memerlukan pelayanan khusus dalam
pendidikannya untuk dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Karakteristik anak tunanetra di antaranya sebagai berikut
:
·
Anak tunanetra tidak mengharapkan simpati dari
orang lain, tetapi mengharapkan diperlukan sebagaimana orang lain dan
memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri agar dapat mandiri di kemudian
hari.
·
Dia tidak mampu mengamati bagaimana orang lain
melakukan sesuatu.
·
Pada umumnya mempunyai kepribadian yang
relatif berbeda dengan anak awas, misalnya merasa rendah diri, hidupnya tidak
terarah dan tak bermakna, mudah mengalami frustasi dan sebagainya.
·
Pada umumnya memiliki perbedaan yang cukup
tajam di dalam menanggapi dan mereaksi lingkungan.
Masalah yang dimaksud sekurang-kurangnya dapat digolongkan sebagai berikut
:
1) Masalah pengajaran
Misalnya : kesulitan dalam menangkap pelajaran yang verbalistik,
menggunakan buku, kesulitan dalam hal menuli dan membaca, dll.
2) Masalah pendidikan
Misalnya, susah dalam memilih ektrakulikuler yang sesuai dengan bakat, dll.
3) Masalah gangguan emosi
Misalnya, perasaan mudah tersinggung, mudah marah, dll.
4) Masalah penyesuain diri
Misalnya, susah menyesuaikan diri dengan yang lain, dll.
2.
Karakteristik
dan permasalahan anak tunarunggu
Seseorang dikatakan tunarungu bila seseorang itu tidak
memiliki atau masih memiliki sisa pendengaran sedemikian rendahnya sehingga
tidak dapat berfungsi untuk kehidupan sehari-hari sebagaimana pada umumnya baik
dengan atau tanpa menggunakan alat bantu mendengar.
a.
Karakteristik fisik, meliputi :
-
Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk
karena daya keseimbangan terganggu;
-
Gerakkan kaki dan tangannya lincah/cepat sebab
sering digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya, sebagai pengganti
bahasa lainnya;
-
Gerakan matanya cepat dan bringas, apabila
organ ini tidak dijaga dengan baik dapat berakibat kemampuan melihat menurun
karena selalu digunakan sebagai pengganti alat pendengarannya;
-
Kemampuan pernapasannya pendek-pendek
terganggu, sehingga tidak mampu berbahasa dengan baik.
b.
Karakteristik dalam segi bicara/bahasa,
meliputi :
-
Biasanya individu yang tuli juga mengalami
ketidakmampuan dalam berbahasa.
-
Tunarungu yang diperoleh sejak lahir dapat
belajar bicara dengan suara normal.
-
Dia kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
-
Dia mengalami kesulitan dalam berbahasa verbal
dan pasif dalam berbahasa.
c.
Karakteristik kepribadiannya, meliputi :
-
Anak tunarungu yang tidak berpendidikan
cenderung murung, penuh curiga.
- Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan
dapat berpengaruh terhadap ketidakmampuan dalam penyesuaian mental maupun
emosi; dan
- Anak tunarungu menunjukkan kondisi yang lebih
neurotik, mengalami ketidakamanan, dan berkepribadian tertutup ( introvert ).
d.
Karakteristik emosi dan sosialnya, meliputi :
-
Suka menafsirkan secara negatif
-
Kurang mampu dalam mengendalikan emosinya dan
sering emosinya bergejolak.
-
Memiliki rasa cemburu dan merasa di perlakukan
tidak adil serta sulit bergaul.
Masalah-masalah lainnya, sebagai berikut :
1) Masalah komunikasi
2) Masalah pribadi
3) Masalah pengajaran atau kesulitan belajar
4) Masalah penggunaan waktu terluang
5) Masalah pembinaan keterampilan dan pekerjaan
3.
Karakteristik
dan permasalahan anak tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami
keterbelakangan kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya dan
sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga
untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran
dengan program khusus.
a. Karakteristik mental, meliputi :
o
Mereka menunjukkan kecenderungan menjawab
dengan ulangan respon terhadap pertanyaan yang berbeda;
o
Mereka tidak mampu memberikan kritik;
o
Kemampuan asosiasinya terbatas;
o
Kapastitas inteleknya sangat rendah.
b. Karakteristik fisik, meliputi :
o
Mereka cenderung memiliki penyimpangan fisik
dari bentuk rata-rata. Misalnya; adanya ketidaksamaan/ketidakserasian anatar
kepala dan wajah (muka), dari ukuran besar kepala ada yang besar atau ada yang
kecil, dll.
o
Biasanya mereka mengalami hambatan bicara dan
berjalan.
o
Pemeliharaan diri kurang (terutama yang
tingkat bawah)
c. Karakteristik sosial-emosi, meliputi :
o
Ada kecenderungan tidak mampu menyesuaikan
diri.
o
Minat permainan mereka tidak cocok dengan anak
yang seusianya.
o
Memiliki problem emosi dan tingkah laku.
Masalah yang dihadapi anak terbelakang dalam konteks pendidikan, diantaranya
dapat disebutkan sebagai berikut :
1) Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
2) Masalah kesulitan belajar
3) Masalah penyesuaian diri
4) Masalah penyaluran ke tempat kerja
5) Masalah gangguan kepribadian dan emosi
4.
Karakteristik
dan permasalahan anak tunadaksa
Yang dimaksud dengan anak tunadaksa adalah anak yang
mempunyai kelainan ortopedik atau salah bentuk atau berupa gangguan dari fungsi
normal pada tulang, otot, dan persendian yang mungkin karena bawaan sejak
lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak atau berjalan
perlu alat bantu.
a.
Karakteristik kepribadian, meliputi :
o
Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah
memperoleh pengalaman.
o
Tidak ada hubungan antara pribadi yang
tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
o
Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi
kepribadian atau ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri.
b. Karakteristik emosi-sosial, meliputi :
o
Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dijangkau
oleh anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya emosi.
o
Menyingkirkan diri dari keramaian.
o
Cenderung acuh ketika dikumpulkan pada
anak-anak normal.
c. Karakteristik intelegensi, meliputi :
o
Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan
dengan kecacatan, tetapi ada beberapa kecenderungan yakni adanya penurunan
sedemikian rupa kecerdasan individu bila kecacatan meningkat.
o
IQ anak tunadaksa rata-rata normal.
d. Karakteristik fisik, meliputi :
o
Biasanya disamping mengalami cacat tubuh, ada
kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, misalnya: sakit gigi,
berkurangnya daya pendengaran, dll.
o
Kemampuan motoriknya terbatas.
Penggolongan masalah lainnya, antara lain :
1) Masalah kesulitan belajar
2) Masalah sosialisasi
3) Masalah kepribadian
4) Masalah keterampilan
5) Masalah latihan gerak
C.
Pendidikan Inklusif
Kelompok sasaran dalam pendidikan inklusif itu
bukan anak yang berkelainan saja tapi meliputi sebagian besar anak yang
belajar. oleh karenanya sekolah hendaknya mengakomodasi semua anak tanpa
memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, ataupun kondisi
lainnya. Sekolah harus mencari cara agar berhasil mendidik semua anak, termasuk
mereka yang berkebutuhan pendidikan khusus.
Dalam kenyataan, banyak studi penelitian menunjukkan bahwa penempatan para
siswa yang mengalami dalam kelas pendidikan umum dapat memberikan sejumlah
keuntungan dibandingkan menempatkan mereka dalam kelas pendidikan khusus :
- Gambaran diri yang lebih positif
- Keterampilan sosial yang lebih baik
- Lebih sering berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang normal
- Perilaku yang lebih sesuai di kelas
- Prestasi akademik yang setara (dan kadangkala lebih tinggi) dengan prestasi yang dicapai bila ditempatkan dalam kelas khusus.
D.
Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
1.
Anak
Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak
yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh
faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi
karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar.
Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini
tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen.
2.
Anak
Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak berkebutuhan
khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan
belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung
dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan,
pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak
(motorik), gangguan iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah
laku.
TUNANETRA
a. Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian
ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind),
dan buta total (totally blind). Anak
yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan hypermetropia ringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata
dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak
dikelompokkan pada tunanetra.
Ketunanetraan dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat
ketajaman penglihatan,saat terjadinya ketunanetraan serta adaptasi
pendidikannya.
TUNARUNGU
b.
Anak dengan Gangguan Pendengaran dan / Wicara (Tunarungu)
Anak dengan gangguan pendengaran sering disebut
tunarungu. Istilah tunarungu dirasa lebih halus daripada tuli. Klasifikasi
tunarungu:
a) Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Tunarungu ringan (mild hearing loss)
anatara 27-40 dB.
- Tunarungu sedang (moderate hearing
loss) anatara 41-55 dB.
- Tunarungu agak berat (moderately
severe hearing loss) antara 56-70dB.
- Tunarungu berat (severe hearing loss)
antara 71-90dB.
- Tunarungu berat sekali (profound
hearing loss)
b) Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan:
- Ketunarunguan prabahasa (prelingual
deafness),
- Ketunarunguan pascabahasa (post
lingual deafness),
c) Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
- Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh
terjadinay kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai
alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
- Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oelh
terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis).
- Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan antara tipe konduktif dan
sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar / tengah dengan
telinga dalam/saraf pendengaran.
d) Berdasarkan etiologi atau asal usulnya, ketunarunguan dibagi menjadi :
- Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik
(keturunan).
- Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor nongenetik
(bukan keturunan).
TUNAGRAHITA
c. Anak dengan Kelainan Kecerdasan di bawah
Rata-rata (Tunagrahita)
Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata – rata
sering disebut dengan istilah tunagrahita.Pengelompokkan tunagrahita
berdasarkan kelainan jasmani (tipe klinis) :
1. Down Syndrome (Mongoloid)
Anak tunagrahita jenis
ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan
mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit
kasar, susunan gigi kurang baik.
2. Kretin (Cebol)
Anak ini memperlihatkan
ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok,
kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata,
telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi lambat.
3. Hydrocephal
Anak ini memiliki ciri
-ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna,
mata kadang-kadang juling.
4. Microcephal
Anak ini memiliki
ukuran kepala yang kecil.
5. Macrocephal
Anak ini memiliki
ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.
d. Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)
1. Cerdas istimewa (gifted IQ
140-179 and genius IQ 180 ke atas) anak dengan IQ di atas rata-rata.
Gifted, yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang
tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal.
2. Bakat istimewa (talented) anak
dengan bakat khusus (akademik atau non akademik
Bakat khusus akademik
yaitu bakat yang sejak awal sudah ada yang berkaitan dengan intelektual,
seperti bakat dalam mata pelajaran matematika, bakat bidang bahasa dan bakat
ilmu.
Bakat khusus non
akademik yaitu bakat yang sejak awak sudah ada dan terarah pada suatu lapangan
yang terbatas, seperti bakat musik, bakat melukis, dan bakat seni.
TUNADAKSA
e. Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat
yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot).
Ciri-ciri anak tunadaksa dapat dilukiskan sebagai
berikut:
- Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
- Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
- Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
- Terdapat cacat pada anggota gerak
- Anggota gerakl ayu, kaku,
lemah/lumpuh.
TUNALARAS
f.
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan
prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
- Cenderung membangkang.
- Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
- Sering melakukan tindakan agresif, merusak,
mengganggu.
- Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
- Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos,
jarang masuk sekolah.
g.
Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)
Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua
anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang
melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana gangguan
yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna
untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau
mengerjakan perhitungan matematika.
Maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar
spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang dialami oleh seseorang yang
mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada proses
syaraf, sehingga akan mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan
tugas akademik dan pembelajaran.
h.
Anak Lamban Belajar (slow learner)
Anak
lamban belajar adalah anak yang
mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk
belajar dan menyesuaikan diri, sehingga
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
1. Karakteristik Anak Yang Lamban Belajar:
- Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6
- Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan
teman-teman seusianya
- Daya tangkap terhadap pelajaran lambat
- Pernah tidak naik kelas.
2. Bimbingan Terhadap Siswa Yang Lambat Belajar
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan
bimbingan terhadap siswa yang lambat belajar antara lain:
- Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
- Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat.
- Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi.
- Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan
emosional
AUTIS
i.
Anak Autis
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah
pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi
terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak
berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan
atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering
disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.
Jadi dapat disimpulkan definisi autisme
adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi
dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi
perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan
emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku,
strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal,
maupun jenis makanan.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
a. Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
b. Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
c. Penggunaan bahasa yang berulang
d. Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan focus
e. Sensitifitas berlebihan /kurang sensitive
f. Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja,
olahraga, komputer
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini
menerima anak autis adalah sebagai berikut :
a. Anak Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh.
b. Anak Autis di sekolah Khusus.
c. Anak Autis di SLB.
d. Anak Autis hanya menjalani terapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar