Jumat, 29 Mei 2015

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS



PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Disusun Oleh:
Nama   : Ariny Rizka
NIM    : 11140182000054
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
          UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

PEMANASAN:
1.      Andaikata dilarang tersenyum, apa saja yang akan terjadi?
Suasana menjadi membosankan, merasa dicuekin oleh orang lain, tidak bebas dalam bercanda dan berbicara, dsb.
2.      Bagaimana memperbaiki buku pelajaran, sepatu, tas sekolah, permainan, papan tulis, dsb?
Diperbaiki dengan lem perekat, di sol, di jait, di paku, dsb.
3.      Kegunaan kursi selain untuk duduk?
Tempat untuk meletakkan benda, tidur, manjat tembok atau sejenisnya, dsb.
4.      Buatlah pertanyaan yang berkaitan dengan “Anak Berkebutuhan Khusus”!
Apakah anak yang cacat mental, gangguan jiwa, dan autis itu sama? Atau punya kategori khusus?



A.    Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang mempunyai kebutuhan baik permanen maupun sementara untuk memperoleh pelayanan pendidikan yang disesuaikan yang disebabkan oleh :
1.      Kondisi sosial-emosi
2.      Kondisi ekonomi
3.      Kondisi politik
4.      Kelainan bawaan maupun yang didapat kemudian
Anak berkebutuhan khusus menurut ahli :
1.      Mulyono (2006) : anak berkebutuhan khusus dapat dimaknai dengan  anak-anak yang tergolong cacat atau menyandang ketentuan dan juga anak yang  berbakat.
2.      Heward : anak berkebutuhan khusus adalah anak dngan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.

B.     Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah anak yang mengalami penyimpangan sedemikian rupa dari anak normal baik dalam hal karakteristik mental, fisik, sosial, emosi ataupun kombinasi dari hal-hal tersebut, sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus supaya dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Dalam pembahasan ini anak berkebutuhan khusus hanya dibatasi dengan lima anak berkebutuhan khusus diantaranya ; anak tunanetra, anak tunarungu, anak terbelakang, anak tunadaksa, dan anak tunalaras.
Dalam segi sosialisasi pada umumnya mereka mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, meskipun di balik itu mengalami kemudahan dalam menyesuaikan dengan sesama anak berkebutuhan khusus yang sama kelainannya. Kesulitan menyesuaikan diri dapat terjadi karena adanya rasa rendah diri yang disebabkan adanya kelainan ataupun keterbatasan dalam kesanggupannya menyesuaikan diri.
Dilihat dari segi stabilitas emosinya, nampak bahwa pada umumnya emosi kurang stabil, mudah putus asa, tersinggung, konflik diri dan sebagainya. Hal ini muncul diduga karena keterbatasannya di dalam gerak, wawasan dan mengendalikan diri.
Sedangkan dalam segi komunikasi juga mengalami hambatan atau gangguan terutama bagi mereka yang mempunyai kelainan cukup berat, meskipun terbantu dengan kemampuan-kemampuan lainnya, misalnya : yang mengalami gangguan penglihatan dapat diatasi dengan pendengaran atau perabaan, gangguan pendengaran dapat diatasi dengan penglihatannya dan sebagainya.

1.      Karakteristik dan permasalahan anak tunanetra
Yang dimaksud dengan anak tunanetra adalah anak yang mengalami penyimpangan atau kelainan indera penglihatan baik kelainan itu bersifat berat maupun ringan, sehingga memerlukan pelayanan khusus dalam pendidikannya untuk dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Karakteristik anak tunanetra di antaranya sebagai berikut :
·         Anak tunanetra tidak mengharapkan simpati dari orang lain, tetapi mengharapkan diperlukan sebagaimana orang lain dan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan diri agar dapat mandiri di kemudian hari.
·         Dia tidak mampu mengamati bagaimana orang lain melakukan sesuatu.
·         Pada umumnya mempunyai kepribadian yang relatif berbeda dengan anak awas, misalnya merasa rendah diri, hidupnya tidak terarah dan tak bermakna, mudah mengalami frustasi dan sebagainya.
·         Pada umumnya memiliki perbedaan yang cukup tajam di dalam menanggapi dan mereaksi lingkungan.
Masalah yang dimaksud sekurang-kurangnya dapat digolongkan sebagai berikut :
1)      Masalah pengajaran
Misalnya : kesulitan dalam menangkap pelajaran yang verbalistik, menggunakan buku, kesulitan dalam hal menuli dan membaca, dll.
2)      Masalah pendidikan
Misalnya, susah dalam memilih ektrakulikuler yang sesuai dengan bakat, dll.
3)      Masalah gangguan emosi
Misalnya, perasaan mudah tersinggung, mudah marah, dll.
4)      Masalah penyesuain diri
Misalnya, susah menyesuaikan diri dengan yang lain, dll.
2.      Karakteristik dan permasalahan anak tunarunggu
Seseorang dikatakan tunarungu bila seseorang itu tidak memiliki atau masih memiliki sisa pendengaran sedemikian rendahnya sehingga tidak dapat berfungsi untuk kehidupan sehari-hari sebagaimana pada umumnya baik dengan atau tanpa menggunakan alat bantu mendengar.
a.       Karakteristik fisik, meliputi :
-          Cara berjalannya kaku dan agak membungkuk karena daya keseimbangan terganggu;
-          Gerakkan kaki dan tangannya lincah/cepat sebab sering digunakan untuk berkomunikasi dengan lingkungannya, sebagai pengganti bahasa lainnya;
-          Gerakan matanya cepat dan bringas, apabila organ ini tidak dijaga dengan baik dapat berakibat kemampuan melihat menurun karena selalu digunakan sebagai pengganti alat pendengarannya;
-          Kemampuan pernapasannya pendek-pendek terganggu, sehingga tidak mampu berbahasa dengan baik.
b.      Karakteristik dalam segi bicara/bahasa, meliputi :
-          Biasanya individu yang tuli juga mengalami ketidakmampuan dalam berbahasa.
-          Tunarungu yang diperoleh sejak lahir dapat belajar bicara dengan suara normal.
-          Dia kurang menguasai irama dan gaya bahasa.
-          Dia mengalami kesulitan dalam berbahasa verbal dan pasif dalam berbahasa.
c.       Karakteristik kepribadiannya, meliputi :
-          Anak tunarungu yang tidak berpendidikan cenderung murung, penuh curiga.
-    Lingkungan yang menyenangkan dan memanjakan dapat berpengaruh terhadap ketidakmampuan dalam penyesuaian mental maupun emosi; dan
-       Anak tunarungu menunjukkan kondisi yang lebih neurotik, mengalami ketidakamanan, dan berkepribadian tertutup ( introvert ).
d.      Karakteristik emosi dan sosialnya, meliputi :
-          Suka menafsirkan secara negatif
-          Kurang mampu dalam mengendalikan emosinya dan sering emosinya bergejolak.
-          Memiliki rasa cemburu dan merasa di perlakukan tidak adil serta sulit bergaul.
Masalah-masalah lainnya, sebagai berikut :
1)      Masalah komunikasi
2)      Masalah pribadi
3)      Masalah pengajaran atau kesulitan belajar
4)      Masalah penggunaan waktu terluang
5)      Masalah pembinaan keterampilan dan pekerjaan

3.      Karakteristik dan permasalahan anak tunagrahita
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan kecerdasan dan kekurangmatangan aspek mental lainnya dan sosialnya sedemikian rupa, yang terjadi selama masa perkembangan, sehingga untuk mencapai perkembangan yang optimal diperlukan pelayanan dan pengajaran dengan program khusus.
a.       Karakteristik mental, meliputi :
o   Mereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan ulangan respon terhadap pertanyaan yang berbeda;
o   Mereka tidak mampu memberikan kritik;
o   Kemampuan asosiasinya terbatas;
o   Kapastitas inteleknya sangat rendah.
b.      Karakteristik fisik, meliputi :
o   Mereka cenderung memiliki penyimpangan fisik dari bentuk rata-rata. Misalnya; adanya ketidaksamaan/ketidakserasian anatar kepala dan wajah (muka), dari ukuran besar kepala ada yang besar atau ada yang kecil, dll.
o   Biasanya mereka mengalami hambatan bicara dan berjalan.
o   Pemeliharaan diri kurang (terutama yang tingkat bawah)
c.       Karakteristik sosial-emosi, meliputi :
o   Ada kecenderungan tidak mampu menyesuaikan diri.
o   Minat permainan mereka tidak cocok dengan anak yang seusianya.
o   Memiliki problem emosi dan tingkah laku.
Masalah yang dihadapi anak terbelakang dalam konteks pendidikan, diantaranya dapat disebutkan sebagai berikut :
1)      Masalah kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
2)      Masalah kesulitan belajar
3)      Masalah penyesuaian diri
4)      Masalah penyaluran ke tempat kerja
5)      Masalah gangguan kepribadian dan emosi
4.      Karakteristik dan permasalahan anak tunadaksa
Yang dimaksud dengan anak tunadaksa adalah anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah bentuk atau berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian yang mungkin karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak atau berjalan perlu alat bantu.

a.       Karakteristik kepribadian, meliputi :
o   Mereka yang cacat sejak lahir tidak pernah memperoleh pengalaman.
o   Tidak ada hubungan antara pribadi yang tertutup dengan lamanya kelainan fisik yang diderita.
o   Adanya kelainan fisik tidak mempengaruhi kepribadian atau ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri.
b.      Karakteristik emosi-sosial, meliputi :
o   Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dijangkau oleh anak tunadaksa dapat berakibat timbulnya emosi.
o   Menyingkirkan diri dari keramaian.
o   Cenderung acuh ketika dikumpulkan pada anak-anak normal.
c.       Karakteristik intelegensi, meliputi :
o   Tidak ada hubungan antara tingkat kecerdasan dengan kecacatan, tetapi ada beberapa kecenderungan yakni adanya penurunan sedemikian rupa kecerdasan individu bila kecacatan meningkat.
o   IQ anak tunadaksa rata-rata normal.
d.      Karakteristik fisik, meliputi :
o   Biasanya disamping mengalami cacat tubuh, ada kecenderungan mengalami gangguan-gangguan lain, misalnya: sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, dll.
o   Kemampuan motoriknya terbatas.
Penggolongan masalah lainnya, antara lain :
1)      Masalah kesulitan belajar
2)      Masalah sosialisasi
3)      Masalah kepribadian
4)      Masalah keterampilan
5)      Masalah latihan gerak

C.    Pendidikan Inklusif
Kelompok sasaran dalam pendidikan inklusif itu bukan anak yang berkelainan saja tapi meliputi sebagian besar anak yang belajar. oleh karenanya sekolah hendaknya mengakomodasi semua anak tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, ataupun kondisi lainnya. Sekolah harus mencari cara agar berhasil mendidik semua anak, termasuk mereka yang berkebutuhan pendidikan khusus.
Dalam kenyataan, banyak studi penelitian menunjukkan bahwa penempatan para siswa yang mengalami dalam kelas pendidikan umum dapat memberikan sejumlah keuntungan dibandingkan menempatkan mereka dalam kelas pendidikan khusus :

  •   Gambaran diri yang lebih positif 
  •  Keterampilan sosial yang lebih baik
  •  Lebih sering berinteraksi dengan teman-teman sebaya yang normal 
  •  Perilaku yang lebih sesuai di kelas
  •  Prestasi akademik yang setara (dan kadangkala lebih tinggi) dengan prestasi yang dicapai bila ditempatkan dalam kelas khusus.


D.    Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


1.      Anak Berkebutuhan Khusus Temporer
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanen.

2.      Anak Berkebutuhan Khusus Permanen
Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang
mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran, gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gangguan gerak (motorik), gangguan iteraksi-komunikasi, gangguan emosi, sosial dan tingkah laku.

TUNANETRA

a.       Anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra)
Secara umum tunanetra dikelompokkan menjadi buta dan kurang lihat. Sebagian ahli mengelompokkannya menjadi kurang lihat (low vision), buta (blind), dan buta total (totally blind). Anak yang memiliki kerusakan ringan pada penglihatannya (seperti myopia dan hypermetropia ringan) masih dapat dikoreksi dengan bantuan kacamata dan bisa mengikuti pendidikan seperti anak lainnya, sehingga tidak dikelompokkan pada tunanetra.
Ketunanetraan dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 hal, yaitu tingkat ketajaman penglihatan,saat terjadinya ketunanetraan serta adaptasi pendidikannya.

TUNARUNGU

b.      Anak dengan Gangguan Pendengaran dan / Wicara (Tunarungu)
Anak dengan gangguan pendengaran sering disebut tunarungu. Istilah tunarungu dirasa lebih halus daripada tuli. Klasifikasi tunarungu:
a)      Berdasarkan tingkat kehilangan pendengaran, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


- Tunarungu ringan (mild hearing loss) anatara 27-40 dB.
- Tunarungu sedang (moderate hearing loss) anatara 41-55 dB.
-  Tunarungu agak berat (moderately severe hearing loss) antara 56-70dB.
-  Tunarungu berat (severe hearing loss) antara 71-90dB.
-  Tunarungu berat sekali (profound hearing loss)
b)      Berdasarkan saat terjadinya, ketunarunguan dapat diklasifikasikan:
-  Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness),
-  Ketunarunguan pascabahasa (post lingual deafness),
c)      Berdasarkan letak gangguan pendengaran secara anatomis, ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
-  Tunarungu tipe konduktif, yaitu kehilangan pendengaran yang disebabkan oleh terjadinay kerusakan pada telinga bagian luar dan tengah yang berfungsi sebagai alat konduksi atau pengantar getaran suara menuju telinga bagian dalam.
-  Tunarungu tipe sensorineural, yaitu tunarungu yang disebabkan oelh terjadinya kerusakan pada telinga dalam serta saraf pendengaran (nervus chochlearis).
-  Tunarungu tipe campuran yang merupakan gabungan antara tipe konduktif dan sensorineural, artinya kerusakan terjadi pada telinga luar / tengah dengan telinga dalam/saraf pendengaran.

d)     Berdasarkan etiologi atau asal usulnya, ketunarunguan dibagi menjadi :
-  Tunarungu endogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan).
-  Tunarungu eksogen, yaitu tunarungu yang disebabkan oleh faktor nongenetik (bukan keturunan).

TUNAGRAHITA

c.       Anak dengan Kelainan Kecerdasan di bawah Rata-rata (Tunagrahita)
Anak dengan kelainan kecerdasan di bawah rata – rata sering disebut dengan istilah tunagrahita.Pengelompokkan tunagrahita berdasarkan kelainan jasmani (tipe klinis) :
1.      Down Syndrome (Mongoloid)
Anak tunagrahita jenis ini disebut demikian karena memiliki raut muka menyerupai orang mongol dengan mata sipit dan miring, lidah tebal suka menjulur keluar, telinga kecil, kulit kasar, susunan gigi kurang baik.
2.      Kretin (Cebol)
Anak ini memperlihatkan ciri-ciri, seperti badan gemuk dan pendek, kaki dan tangan pendek dan bengkok, kulit kering, tebal dan keriput, rambut kering, lidah dan bibir, kelopak mata, telapak tangan dan kaki tebal, pertumbuhan gigi lambat.
3.      Hydrocephal
Anak ini memiliki ciri -ciri kepala besar, raut muka kecil, pandangan dan pendengaran tidak sempurna, mata kadang-kadang juling.
4.      Microcephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang kecil.
5.      Macrocephal
Anak ini memiliki ukuran kepala yang besar dari ukuran normal.

d.      Anak dengan kecerdasan dan bakat istimewa (gifted and talented)
1.      Cerdas istimewa (gifted IQ 140-179 and genius IQ 180 ke atas) anak dengan IQ di atas rata-rata.
Gifted, yang termasuk dalam golongan ini yaitu mereka yang tidak jenius, tetapi menonjol dan terkenal.
2.      Bakat istimewa (talented) anak dengan bakat khusus (akademik atau non akademik
Bakat khusus akademik yaitu bakat yang sejak awal sudah ada yang berkaitan dengan intelektual, seperti bakat dalam mata pelajaran matematika, bakat bidang bahasa dan bakat ilmu.
Bakat khusus non akademik yaitu bakat yang sejak awak sudah ada dan terarah pada suatu lapangan yang terbatas, seperti bakat musik, bakat melukis, dan bakat seni.

TUNADAKSA

e.       Anak dengan gangguan anggota gerak (tunadaksa).
Tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak (tulang, sendi, otot).
Ciri-ciri anak tunadaksa dapat dilukiskan sebagai berikut:
- Jari tangan kaku dan tidak dapat mengenggam.
-  Ada bagian anggota gerak yang tidak sempurna/lebih kecil dari biasa.
-  Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur, bergetar)
-  Terdapat cacat pada anggota gerak
-  Anggota gerakl ayu, kaku, lemah/lumpuh.

TUNALARAS

f.       Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku).
Anak Tunalaras (anak yang mengalami gangguan emosi dan prilaku) memiliki ciri-ciri, diantaranya:
-  Cenderung membangkang.
-  Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
-  Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
-  Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum.
-  Cenderung prestasi belajar dan motivasi rendah, sering bolos, jarang masuk sekolah.

g.      Anak Dengan Kesulitan Belajar Spesifik (specific learning disability)
Istilah “kesulitan belajar spesifik” menerangkan semua anak yang mengalami gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang melibatkan pemahaman atau penggunaan bahasa, lisan atau tulisan dimana gangguan yang terjadi dapat termanifestasikan menjadi kemampuan yang tidak sempurna untuk mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau mengerjakan perhitungan matematika.
Maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar spesifik meupakan kelainan sistem saraf yang dialami oleh seseorang yang mengakibatkan pola pertumbuhan yang tidak seimbang dan kelemahan pada proses syaraf, sehingga akan mengakibatkan seseorang kesulitan dalam menyelesaikan tugas akademik dan pembelajaran.

h.      Anak Lamban Belajar (slow learner)
Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan untuk belajar dan  menyesuaikan diri, sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

1.      Karakteristik Anak Yang Lamban Belajar:
-  Rata-rata prestasi belajarnya kurang dari 6
-  Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan teman-teman seusianya
-  Daya tangkap terhadap pelajaran lambat
-  Pernah tidak naik kelas.
2.      Bimbingan Terhadap Siswa Yang Lambat Belajar
Ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam melakukan bimbingan terhadap siswa yang lambat belajar antara lain:
-  Bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi
-  Bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat.
-  Bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi.
-  Bimbingan bagi anak dengan masalah social dan emosional

AUTIS

i.        Anak Autis
Autisme berasal dari kata “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri. Dalam kamus psikologi umum (1982), autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan sendiri atau dengan kata lain lebih banyak berorientasi kepada pikiran subyektifnya sendiri daripada melihat kenyataan atau realita kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu penderita autisme sering disebut orang yang hidup di “alamnya” sendiri.
Jadi dapat disimpulkan definisi autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain dan tidak tergantung dari ras, suku, strata-ekonomi, strata sosial, tingkat pendidikan, geografis tempat tinggal, maupun jenis makanan.
Berikut beberapa gejala-gejala anak autis:
a.       Tidak bermain dengan teman sebaya dengan cara yang sesuai
b.      Terlambat bicara/tak bisa bicara tanpa kompensasi penggunaan isyarat
c.       Penggunaan bahasa yang berulang
d.      Minat yang terbatas dan abnormal dalam intensitas dan focus
e.       Sensitifitas berlebihan /kurang sensitive
f.       Terdapat bakat-bakat dibidang membaca, aritmatika, menggambar, mengeja, olahraga, komputer
Beberapa lembaga pendidikan (sekolah) yang selama ini menerima anak autis adalah sebagai berikut :
a.       Anak Autis di sekolah Normal dengan Integrasi penuh.
b.      Anak Autis di sekolah Khusus.
c.       Anak Autis di SLB.
d.      Anak Autis hanya menjalani terapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar