Jumat, 15 Mei 2015

MAKALAH "KONSEP DIRI"


PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Disusun Oleh: Kelompok 3 
          • Ariny Rizka                 (11140182000054)
          • Elis Nurleli                   (11140182000056)
          • Imelda Julia                 (11140182000058)
          • Linda Ayu Novitasari   (11140182000050)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam kehidupan sosial, setiap orang (individu) dengan orang lain (individu lain) selalu berinteraksi karena semua orang atau manusia adalah makhluk sosial yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Dari mulai bangun tidur sampai menjelang tidur , setiap orang melakukan interaksi satu sama lain (pada umumnya). Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dalam kelompok manusia. Proses interaksi sosial terjadi melalui kontak sosial dan komunikasi. Tanpa keduanya, proses interaksi sosial takkan pernah terjadi karena keduanya merupakan syarat mutlak untuk melakukan interaksi. Kontak sosial dapat terjadi walaupun tanpa komunikasi.
Dalam pandangan psikologi, seseorang dalam berkomunikasi juga dipengaruhi oleh factor kejiwaan. Salah satunya adalah persepsi. Persepsi merupakan proses menginterpretasi atau menafsirkan suatu informasi yang mana sebelumnya ia sudah mengumpulkan pengetahuan dan disimpan di dalam memori apa yang ditangkap oleh indra pesan-pesan atau informasi terdahulu.Dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, terkadang kita menyadari bagaimana diri kitasaat ini( actual self), bagaimana diri yang kita inginkan( ideal self), dan bagaimana diri kita seharusnya( Ought self).Kita menyadari diri kita, sikap kita, dan seperti apa diri kita setelah mendapat informasi dari orang lain maupun dari pembelajaran diri kita.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian konsep diri
2.      Bagaimana perkembangan konsep diri
3.      Bagaimana pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar

1.3    Tujuan Penulisan
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian konsep diri (C2)
2.      Mahasiswa mampu membentuk pendapat mengenai pengertian konsep diri (A4)
3.      Mahasiswa mampu membuat pengertian konsep diri (P2)
4.      Mahasiswa mampu memerinci perkembangan konsep diri (C4)
5.      Mahasiswa mampu memilih perkembangan konsep diri (A2)
6.      Mahasiswa mampu menyesuaikan perkembangan konsep diri (P1)
7.      Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar (C4)
8.      Mahasiswa mampu memperjelas pengaruh konsep diri tehadap prestasi belajar (A3)
9.      Mahasiswa mampu menyempurnakan pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar (P3)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Konsep Diri
Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain yang mengenal dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.[1] Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Dalam hal pengertian konsep diri yang masih sangat banyak dan akan dikemukakan beberapa pendapat dari pakar atau ahli dalam ilmu psikologi, antara lain sebagai berikut:
1.      Menurut pendapat Calhoun dan Acoccela (1990) pengertian konsep diri adalah cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.
2.      Menurut pendapat Stuart dan Sundeen, pengertian konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal.
Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan tingkah laku individu.Singkatnya, Calhoun dan Acoccela mengartikan konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.
2.2             Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri sebetulnya berkembang sejalan dengan perkembangan aspek-aspek psikologis lainnya.Individu akan merupaya mendefinisikan diri jika dihadapkan dengan upaya mengembangkan potensinya sesuai dengan tuntutan tugas ddan tanggung jawab yang harus dikerjakannya,
Konsep diri tidaklah statis dan dibentruk dalam kurun waktu tertentu, melainkan bersifat dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan bersamaan dengan perkembangan personal, emosional, sosial, kognitif, dan juga bahasa yang dijadikan dasar dalam mengekspresikan eksistensi diri individu.Lingkungan sangat berperan dalam pembentukan konsep diri, termasuk lingkungan keluarga sebagai lingkungan pendidikan utama dan pertama, sekolah (dalam hal ini guru), teman sebaya, orang-orang dewasa, dan juga institusi-institusi nonformal lainnya dalam lingkungan masyarakat.
Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami sensasi dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat membedakan keduanya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri yang positif. 
1.      Fase bayi dan kanak-kanak
Secara kronologis, masa bayi berlangsung sejak seorang individu mausia dilahirkan dari Rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak adalah masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia sekitar lima tahun.[2]
Perkembangan biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •  Belajar memakan makanan keras
  • Belajar berdiri dan berjalan 
  •  Belajar berbicara 
  •  Belajar membaca 
  •  Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk
2.      Fase anak-anak
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri seperti: memiliki dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, dan keadaan fisik yang mendorong anak memasuki dunia permainan.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •   Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya. 
  •   Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika seorang wanita). 
  •   Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
3.      Fase remaja
Proses perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkambangan remaja yang panjang ini dikenal sebgai masa ynag penuh kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi orang tua, guru, dan masyarakat sekitar.
Mengapa demikian? Karena individu remaja sedang berada di persimpangan jalan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •  Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin. 
  •  Mulai menjadi dirinya sendiri. 
  •  Mempersiapkan diri untuk mencapai karier. 
  •  Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan.
4.      Fase dewasa
Masa dewasa berlangsung sekitar usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa atau masa remaja akhir yang lazimnya berlangsung 21 atau 22 tahun.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •   Mulai bekerja mencari nafkah 
  •   Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga 
  •   Mulai memasuki kehidupan berumah tangga 
  •   Belajar hidup bersama pasangan dalam rumah tangga 
  •   Membesarkan anak-anak.
5.      Fase setengah baya
Masa setengah baya berlangsung antara usia 40-60 tahun.Konon dikalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan bahkan jatuh cinta lagi.
Dikalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi, cepat tersinngung, cemas, dan kawatir kehilangan kasih saying anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya ini juga sering merasa cemas akan kehilangan suami karena menopause yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda ketuan di bagian tertentu pda tubuhnya.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •   Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa 
  •   Membantu anak-anak agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia. 
  •   Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
6.      Fase usia tua
Masa tua adalah fase terakhir kehidupan manusia.Masa ini berlangsung antara usia 60 tahun sampai berhembusnya napas terakhir.mereka yang sudah menginjak umur 60 tahun ke atas dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motoric yang semakin merosot.
Tugas-tugas perkembangan pada fase ini, antara lain:
  •   Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan  berkurangnya penghasilan. 
  •   Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.

2.3             Pengaruh Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berkaitan.

a)      Fisiologis (Jasmani)
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. 
Keletihan fisik pada siswa berpengaruh juga dalam prestasi belajarnya. Menurut Cross dalam bukunya The Psychology of Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam faktor, yaitu:
1.      Keletihan indra siswa
Keletihan indera dalam hal ini, lebih mudah dihilangkan dengan cara istirahat yang cukup, tidur dengan nyenyak, dsb.
2.      Keletihan fisik siswa
Keletihan fisik siswa berkesinambungan dengan keletihan indera siswa, yakni cara menghilangkannya relative lebih mudah, salah satunya dengan cara mengkonsumsi  makanan dan minuman yang bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merelaksasikan otot-otot yang tegang.
3.      Keletihan mental siswa
Keletihan mental siswa ini dipandang sebagai faktor utama penyebab adanya kejenuhan dalam belajar, sehingga cara mengatasi keletihannya pun cukup sulit. Penyebab timbulnya keletihan mental ini diakibatkan karena kecemasan siswa terhadap dampak yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan siswa terhadap standar nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi, dan kecemasan siswa ketika berada pada keadaan yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat.
b)      Psikologis
Setiap individu peserta didik, pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa pengaruh psikologis meliputi :
a.   a
Intelegensi/ Kecerdasan  
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal, selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Maka Slameto-pun mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.Jika siswa mengalami tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna pelajaran  dengan baik, dia akan mendapatkan kesulitan dalam belajarnya. Adapun makna dari kesulitan belajar itu sendiri, yaitu  anak-anak ataupun remaja yang mengalami kesulitan belajar (learning disability) memiliki intelegensi normal ataupun diatas rata-rata namun mengalami kesulitan setidaknya satu mata pelajaran. Konsep umum dalam kesulitan belajar meliputi masalah dalam mendengarkan, konsenterasi, berbicara, dan berfikir (Raymon,2004).Berdasarkan ketentuan remaja tidak dinyatakan mengalami masalah akademis. (Frances dkk., 2005).
 Dan dari kesulitan belajar inilah maka akan terjadi kejenuhan dalam belajar. Kejenuhan dapat diartikan padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apapun.Dan jenuh dapat diartikan dengan bosan. Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak membuahkan hasil (Reber, 1988).
Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan yang diperoleh dan kecakapan yang di peroleh tidak ada kemajuan. Seorang siswa yang sedang mengalami kejenuhan ini sistem akalnya tidak akan bekerja dengan baik seperti sebagaimana yang diharapkan. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.Slameto mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa kasih sayang.[3]
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
b.      Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto bahwa  bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
c.       Motivasi
Mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

2.4    Kolerasi Konsep Diri dan Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan bahwa konsep diri dan prestasi beljar mempunyai hubungan yang erat.Nylor (1972) mengemukakan bahwa banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara konsep diri dengan prestasi belajar disekolah.Siswa yang memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa tersebut memiliki penilaian diri yang tinggi serta menunjukkan antar pribadi yang positif pula.
Walsh (dalam Burns, 1982) siswa-siswa yang tergolong underchiver mempunyai konsep diri yang negative, serta memperlihatkan beberapa karakteristik kepribadian:
1)      Mempunyai perasaan dikeritik, ditolak, dan diisolir.
2)      Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara menghindar dan bahkan bersikap menentang.
3)      Tidak mampu mengekspresikan perasaan dan perilaku.
Konsep diri mempengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka.Peserta didik mengalami masalah disekolah pada umumnya menunjukkan tingkat konsep diri yang rendah, oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan guru sebaiknya melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik:
1)      Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru.Dalam mengembangkan konsep diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru.Seperti dukungan emosional, pemberian penghargaan, dan dorongan untuk maju.
2)      Membuat siswa merasa bertanggung jawab memberi kesempatan terhadap siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab terhadap siswa.
3)      Mebuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa.
4)      Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis. Dalam upaya meningkatkan konsep diri siswa, guru harus menetapkan tujuan yang hendak dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan tujuan yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
5)      Membantu siswa menilai dirinya secara realistis. Pada saat mengalami kegagalan, adakalanya siswa menilai secara negative, dengan memandang dirinya sebagai orang yang tidak mampu.
6)      Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis. Upaya lain yang harus dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan memberikan dukungan dan dorongan agar mereka bangga dengan prestasi yang telah dicapai.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan:
Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Adapun konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara berkesinambungan.Perkembangan itu mulai dari fase bayi dan kanak-kanak, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, fase setengah baya, dan fase  usia tua.Kemudian pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar bisa dilihat dari segi fisiologis dan psikologis. Faktor psikologis meliputi intelegensi, bakat dan motivasi.



[1] Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1991. Hal. 105.
[2] Muhibbin, Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2013. Hal. 49.
[3] Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT Bhineka Cipta, 2010. Hal. 57.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar