PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh: Kelompok 3
- Ariny Rizka (11140182000054)
- Elis Nurleli (11140182000056)
- Imelda Julia (11140182000058)
- Linda Ayu Novitasari (11140182000050)
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kehidupan
sosial, setiap orang (individu) dengan orang lain (individu lain) selalu
berinteraksi karena semua orang atau manusia adalah makhluk sosial yaitu
makhluk yang selalu membutuhkan orang lain. Dari mulai bangun tidur sampai
menjelang tidur , setiap orang melakukan interaksi satu sama lain (pada
umumnya). Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun
antara orang-perorangan dalam kelompok manusia. Proses interaksi sosial terjadi
melalui kontak sosial dan komunikasi. Tanpa keduanya, proses interaksi sosial
takkan pernah terjadi karena keduanya merupakan syarat mutlak untuk melakukan
interaksi. Kontak sosial dapat terjadi walaupun tanpa komunikasi.
Dalam pandangan
psikologi, seseorang dalam berkomunikasi juga dipengaruhi oleh factor kejiwaan.
Salah satunya adalah persepsi. Persepsi merupakan proses menginterpretasi atau
menafsirkan suatu informasi yang mana sebelumnya ia sudah mengumpulkan
pengetahuan dan disimpan di dalam memori apa yang ditangkap oleh indra
pesan-pesan atau informasi terdahulu.Dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan orang lain, terkadang kita menyadari bagaimana diri kitasaat ini( actual
self), bagaimana diri yang kita inginkan( ideal self), dan bagaimana diri kita
seharusnya( Ought self).Kita menyadari diri kita, sikap kita, dan seperti apa
diri kita setelah mendapat informasi dari orang lain maupun dari pembelajaran
diri kita.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian konsep diri
2.
Bagaimana
perkembangan konsep diri
3.
Bagaimana
pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan pengertian konsep diri (C2)
2.
Mahasiswa
mampu membentuk pendapat mengenai pengertian konsep diri (A4)
3.
Mahasiswa
mampu membuat pengertian konsep diri (P2)
4.
Mahasiswa
mampu memerinci perkembangan konsep diri (C4)
5.
Mahasiswa
mampu memilih perkembangan konsep diri (A2)
6.
Mahasiswa
mampu menyesuaikan perkembangan konsep diri (P1)
7.
Mahasiswa
mampu menganalisis pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar (C4)
8.
Mahasiswa
mampu memperjelas pengaruh konsep diri tehadap prestasi belajar (A3)
9.
Mahasiswa
mampu menyempurnakan pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar (P3)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Konsep Diri
Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup
lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi
dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.
Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan
aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan
dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan
konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan individu bahwa ia tidak
mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak
bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki
mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit
untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan
yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai
suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah
karena interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns konsep diri
adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain
berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan.
Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu
bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan
orang lain pada diri individu
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki
individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi
dari orang lain yang mengenal dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik,
pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.
Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada
informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri.
Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat
menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan
menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock memberikan pengertian tentang konsep
diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini
merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri
yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan
prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.[1] Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.[1] Sedangkan Centi mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku,
artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini
merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan.
Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja
mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.
Dalam hal pengertian konsep diri yang masih sangat banyak dan akan
dikemukakan beberapa pendapat dari pakar atau ahli dalam ilmu psikologi, antara
lain sebagai berikut:
1. Menurut pendapat Calhoun dan Acoccela (1990) pengertian konsep
diri adalah cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep
tentang diri sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi
kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak
dalam berbagai situasi.
2. Menurut pendapat Stuart dan Sundeen, pengertian konsep diri
adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginannya.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah menyiapkan diri untuk gagal.
Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri yang
mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan
tingkah laku individu.Singkatnya, Calhoun dan Acoccela mengartikan konsep diri
sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan tentang diri
sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pengintegrasian
kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya akan tercapai
kesehatan mental. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran yang ada
pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat dirinya
sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana
individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta
bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.
2.2
Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri sebetulnya berkembang sejalan
dengan perkembangan aspek-aspek psikologis lainnya.Individu akan merupaya mendefinisikan
diri jika dihadapkan dengan upaya mengembangkan potensinya sesuai dengan tuntutan
tugas ddan tanggung jawab yang harus dikerjakannya,
Konsep diri tidaklah statis dan dibentruk
dalam kurun waktu tertentu, melainkan bersifat dinamis dan berkembang secara terus-menerus
dan bersamaan dengan perkembangan personal, emosional, sosial, kognitif, dan juga
bahasa yang dijadikan dasar dalam mengekspresikan eksistensi diri individu.Lingkungan
sangat berperan dalam pembentukan konsep diri, termasuk lingkungan keluarga sebagai
lingkungan pendidikan utama dan pertama, sekolah (dalam hal ini guru), teman sebaya,
orang-orang dewasa, dan juga institusi-institusi nonformal lainnya dalam lingkungan
masyarakat.
Konsep diri bukan merupakan faktor
bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman
individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan
tidak terjadi dalam waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara
berkesinambungan. Burns (1979) menyatakan bahwa konsep diri berkembang terus
sepanjang hidup manusia, namun pada tahap tertentu, perkembangan konsep diri
mulai berjalan dalam tempo yang lebih lambat. Secara bertahap individu akan mengalami
sensasi dari tubuhnya dan lingkungannya, dan individu akan mulai dapat
membedakan keduanya. Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang
dalam mengembangkan konsep diri yang positif.
1.
Fase bayi dan kanak-kanak
Secara
kronologis, masa bayi berlangsung sejak seorang individu mausia dilahirkan dari
Rahim ibunya sampai berusia sekitar setahun. Sedangkan masa kanak-kanak adalah
masa perkembangan berikutnya, yakni dari usia setahun hingga usia sekitar lima
tahun.[2]
Perkembangan
biologis pada masa-masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih
sangat terikat oleh lingkungan keluarganya.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Belajar memakan makanan keras
- Belajar berdiri dan berjalan
- Belajar berbicara
- Belajar membaca
- Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk
2.
Fase anak-anak
Masa
anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun dengan ciri-ciri seperti: memiliki
dorongan untuk keluar dari rumah dan memasuki kelompok sebaya, dan keadaan
fisik yang mendorong anak memasuki dunia permainan.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di masyarakatnya.
- Belajar memainkan peran sebagai seorang pria (jika seorang pria) dan sebagai seorang wanita (jika seorang wanita).
- Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
3.
Fase remaja
Proses
perkembangan pada masa remaja lazimnya berlangsung selama kurang lebih 11
tahun, mulai usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Masa
perkambangan remaja yang panjang ini dikenal sebgai masa ynag penuh kesukaran
dan persoalan, bukan saja bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi orang tua,
guru, dan masyarakat sekitar.
Mengapa
demikian? Karena individu remaja sedang berada di persimpangan jalan antara
dunia anak-anak dan dunia dewasa.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin.
- Mulai menjadi dirinya sendiri.
- Mempersiapkan diri untuk mencapai karier.
- Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan.
4.
Fase dewasa
Masa
dewasa berlangsung sekitar usia 21-40 tahun. Sebelum memasuki masa ini seorang
remaja terlebih dahulu berada pada tahap ambang dewasa atau masa remaja akhir
yang lazimnya berlangsung 21 atau 22 tahun.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Mulai bekerja mencari nafkah
- Memilih teman atau pasangan hidup berumah tangga
- Mulai memasuki kehidupan berumah tangga
- Belajar hidup bersama pasangan dalam rumah tangga
- Membesarkan anak-anak.
5.
Fase setengah baya
Masa
setengah baya berlangsung antara usia 40-60 tahun.Konon dikalangan tertentu,
pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki
sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua. Julukan ini timbul
karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan bahkan jatuh cinta lagi.
Dikalangan
kaum wanita biasanya tampak gejala depresi, cepat tersinngung, cemas, dan
kawatir kehilangan kasih saying anak-anak yang sudah beranjak dewasa. Selain
itu, wanita setengah baya ini juga sering merasa cemas akan kehilangan suami
karena menopause yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda ketuan
di bagian tertentu pda tubuhnya.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Mencapai tanggung jawab sosial dan kewarganegaraan secara lebih dewasa
- Membantu anak-anak agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia.
- Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya.
6.
Fase usia tua
Masa
tua adalah fase terakhir kehidupan manusia.Masa ini berlangsung antara usia 60
tahun sampai berhembusnya napas terakhir.mereka yang sudah menginjak umur 60
tahun ke atas dalam istilah psikologi disebut “senescence” (masa tua) biasanya
ditandai oleh perubahan-perubahan kemampuan motoric yang semakin merosot.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini, antara lain:
- Menyesuaikan diri dengan keadaan pension dan berkurangnya penghasilan.
- Membina pengaturan jasmani sedemikian rupa agar memuaskan dan sesuai dengan kebutuhannya.
2.3
Pengaruh Konsep Diri terhadap Prestasi Belajar
Prestasi
belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari
proses belajar. Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh
siswa selama proses belajarnya. Keberhasilan itu ditentukan oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan.
a)
Fisiologis
(Jasmani)
Secara umum kondisi fisiologis, seperti
kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik
dalam menerima materi pelajaran.
Keletihan fisik pada siswa berpengaruh juga
dalam prestasi belajarnya. Menurut Cross dalam bukunya The Psychology of
Learning, keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam faktor, yaitu:
1. Keletihan indra
siswa
Keletihan
indera dalam hal ini, lebih mudah dihilangkan dengan cara istirahat yang cukup,
tidur dengan nyenyak, dsb.
2. Keletihan fisik
siswa
Keletihan fisik
siswa berkesinambungan dengan keletihan indera siswa, yakni cara
menghilangkannya relative lebih mudah, salah satunya dengan cara
mengkonsumsi makanan dan minuman yang
bergizi, menciptakan pola makan yang teratur, merelaksasikan otot-otot yang
tegang.
3.
Keletihan mental siswa
Keletihan
mental siswa ini dipandang sebagai faktor utama penyebab adanya kejenuhan dalam
belajar, sehingga cara mengatasi keletihannya pun cukup sulit. Penyebab
timbulnya keletihan mental ini diakibatkan karena kecemasan siswa terhadap dampak
yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, kecemasan siswa terhadap standar
nilai pada pelajaran yang dianggap terlalu tinggi, dan kecemasan siswa ketika
berada pada keadaan yang ketat dan menuntut kerja intelek yang berat.
b) Psikologis
Setiap individu peserta didik, pada dasarnya
memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa pengaruh psikologis meliputi :
a. a Intelegensi/ Kecerdasan
a. a Intelegensi/ Kecerdasan
Kecerdasan
adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan yang dihadapinya..
Kemampuan ini
sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal, selalu
menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak
dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan
sebayanya. Maka Slameto-pun mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi
akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.Jika
siswa mengalami tingkat intelegensi yang rendah, siswa tidak dapat mencerna
pelajaran dengan baik, dia akan
mendapatkan kesulitan dalam belajarnya. Adapun makna dari kesulitan belajar itu
sendiri, yaitu anak-anak ataupun remaja
yang mengalami kesulitan belajar (learning disability) memiliki intelegensi normal
ataupun diatas rata-rata namun mengalami kesulitan setidaknya satu mata
pelajaran. Konsep umum dalam kesulitan
belajar meliputi masalah dalam mendengarkan, konsenterasi, berbicara, dan
berfikir (Raymon,2004).Berdasarkan ketentuan remaja tidak dinyatakan
mengalami masalah akademis. (Frances dkk., 2005).
Dan dari kesulitan belajar inilah maka akan
terjadi kejenuhan dalam belajar. Kejenuhan dapat diartikan padat atau jenuh
sehingga tidak mampu lagi memuat apapun.Dan jenuh dapat diartikan dengan bosan.
Kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,
tetapi tidak membuahkan hasil (Reber, 1988).
Seorang
siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan yang
diperoleh dan kecakapan yang di peroleh tidak ada kemajuan. Seorang siswa yang
sedang mengalami kejenuhan ini sistem akalnya tidak akan bekerja dengan baik
seperti sebagaimana yang diharapkan. Kejenuhan belajar dapat melanda siswa
apabila ia telah kehilangan motivasi.
Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenal beberapa
kegiatan.Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang
disertai dengan rasa sayang.Slameto mengemukakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan,
kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa
kasih sayang.[3]
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri.
b.
Bakat
Bakat
adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto bahwa bakat dalam hal ini lebih
dekat pengertiannya dengan kata attitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai
kesanggupan-kesanggupan tertentu. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang
sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat
mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam
proses belajar terutama belajat keterampilan, bakat memegang peranan penting
dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat
yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan
sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
c.
Motivasi
Mendorong
keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan
keadaan yang belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat
ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
2.4
Kolerasi Konsep
Diri dan Prestasi Belajar
Sejumlah ahli psikologi dan pendidikan berkeyakinan
bahwa konsep diri dan prestasi beljar mempunyai hubungan yang erat.Nylor (1972)
mengemukakan bahwa banyak peneliti yang membuktikan hubungan positif yang kuat antara
konsep diri dengan prestasi belajar disekolah.Siswa yang memiliki konsep diri positif,
memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau siswa tersebut memiliki penilaian
diri yang tinggi serta menunjukkan antar pribadi yang positif pula.
Walsh (dalam Burns, 1982) siswa-siswa yang tergolong
underchiver mempunyai konsep diri yang negative, serta memperlihatkan beberapa karakteristik
kepribadian:
1)
Mempunyai perasaan dikeritik, ditolak, dan diisolir.
2)
Melakukan mekanisme pertahanan diri dengan cara
menghindar dan bahkan bersikap menentang.
3)
Tidak mampu mengekspresikan perasaan dan perilaku.
Konsep diri mempengaruhi perilaku peserta didik
dan mempunyai hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar
mereka.Peserta didik mengalami masalah disekolah pada umumnya menunjukkan tingkat
konsep diri yang rendah, oleh sebab itu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan
guru sebaiknya melakukan upaya-upaya yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep
diri peserta didik:
1)
Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru.Dalam
mengembangkan konsep diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru.Seperti
dukungan emosional, pemberian penghargaan, dan dorongan untuk maju.
2)
Membuat siswa merasa bertanggung jawab memberi kesempatan
terhadap siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan
sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab terhadap siswa.
3)
Mebuat siswa merasa mampu. Ini dapat dilakukan dengan
cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki
siswa.
4)
Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis.
Dalam upaya meningkatkan konsep diri siswa, guru harus menetapkan tujuan yang hendak
dicapai serealistis mungkin, yakni tujuan yang sesuai dengan tujuan yang sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
5)
Membantu siswa menilai dirinya secara realistis.
Pada saat mengalami kegagalan, adakalanya siswa menilai secara negative, dengan
memandang dirinya sebagai orang yang tidak mampu.
6)
Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara
realistis. Upaya lain yang harus dilakukan guru dalam membantu mengembangkan konsep
diri peserta didik adalah dengan memberikan dukungan dan dorongan agar mereka bangga
dengan prestasi yang telah dicapai.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Konsep
diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun
lingkungan terdekatnya.
Adapun
konsep
diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses
perkembangan dirinya menjadi dewasa. Proses pembentukan tidak terjadi dalam
waktu singkat melainkan melalui proses interaksi secara
berkesinambungan.Perkembangan itu mulai dari fase bayi dan kanak-kanak, fase
anak-anak, fase remaja, fase dewasa, fase setengah baya, dan fase usia tua.Kemudian pengaruh konsep diri
terhadap hasil belajar bisa dilihat dari segi fisiologis dan psikologis. Faktor
psikologis meliputi intelegensi, bakat dan motivasi.
[1]
Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 1991. Hal.
105.
[2]
Muhibbin, Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA,
2013. Hal. 49.
[3] Slamento,
Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: PT Bhineka
Cipta, 2010. Hal. 57.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar