PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Disusun Oleh:
Nama : Ariny Rizka
NIM : 11140182000054
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015
A.
Teori Belajar Behaviorisme
1.
Pengertian teori belajar behaviorisme
Behavior dalam
psikologi atau juga disebut behaviorisme adalah teori pembelajaran yang
didasarkan pada tingkah laku yang diperoleh dari pengkondisisan lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui interaksi dengan
lingkungan.
Menurut teori
belajar tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Misalnya;
seorang pelajar belum dapat dikatakan berhasil dalam belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial jika dia belum bisa/tidak mau melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan
sosial di masyarakat, seperti; ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemilu, kerja
bakti, ronda dll Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak
penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur.
2.
Tokoh-tokoh dalam teori behaviorisme
- Ivan Petrovich Pavlov
Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan
stimulus netral, seperti sebuah nada atau sinar untuk membentuk perilaku
(respons).
- John Waston
Watson menyatakan bahwa hanya tingkah laku yang
teramati saja yang dapat dipelajari dengan valid dan reliable.Dengan demikian
stimulus dan respon harus berbentuk tingkah laku yang dapat diamati
(observable).
- Edward Lee Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa
terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus
(S) dengan respon (R ). Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati.
3.
Aplikasi teori behavioristic dalam kegiatan
pembelajaran
Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif.
4.
Kekurangan dan kelebihan teori belajar behavioristic
Kekurangan:
- Pembelajaran peserta didik hanya perpusat pada guru.
- Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertibpenjelasan guru.
- Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Kelebihan:
- Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan.
- Materi yang diberikan sangat detail.
- Membangun konsentrasi pikiran.
B.
Teori Belajar Kognitif
1.
Pengertian
teori belajar kognitif
Pendekatan
psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal, mental
manusia. Dalam pandangan para ahli kognitif, tingkah laku manusia yang tampak
tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti :
motivasi, kesenjangan, keyakinan, dan sebagainya.
2.
Tokoh-tokoh
teori belajar kognitif
- Kurt Lewin
Teori belajar cognitive field menitikberatkan
perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial, karena pada hakikatnya
masing-masing individu berada didalam suatu medan kekuatan, yang bersifat
psikologis, yang disebut life space.
- Piaget
Dalam teori ini, Piaget memandang bahwa proses
berfikir merupakan aktiitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari
berfikir konkret menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental
memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada.
- Benyamin S.Bloom
Benyamin S.Bloom telah mengembangkan
“taksonomi” untuk domain kognitif. Taksonomi adalah metode untuk membuat urutan
pemikiran dari tahap dasar ke arah yang lebih tinggi dari kegiatan mental,
dengan enam tahap sebagai berikut :
o
Pengetahuan
o
Pemahaman
o
Aplikasi
o
Analisis
o
Sintesis
o
evaluasi
C.
Teori Belajar dari Psikologis Humanistis
1.
Orientasi
Perhatian psikologi humanistic yang terutama tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi
pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
2.
Awal
timbulnya psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-1n muncullah suatu perpektif psikologi baru.
Orang-orang yang terlibat dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam
perkembangan ini, misalnya ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial,
dan konselor, bukan merupakan hasil penelitian dalam bidang proses belajar.
Gerakan ini berkembang, dan kemudian dikenal sebagai psikologi humanistis,
eksestransial, perceptual, atau fenomenologikal. Psikologi ini berusaha untuk
memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistis muncul pada tahun 1960
sampai dengan 1970-an dan mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi
selama dua decade yang terakhir pada abad ke-20 ini pun juga akan menuju pada
arh ini. (John Jarolimak dan Clifford D.Foster, 1976, hal.330).
3.
Tokoh-tokoh
teori belajar humanistis
- Combs
Combs
dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku orang
kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin
mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan
seseorang dari yang lain.
- Maslov
Teori
didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
1)
Suatu
usaha yang positif untuk berkembang
2)
Kekuatan
untu melawan atau menolak perkembangan itu (Maslov, 1968)
- Rogers
Dalam
bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sebuah prinsip-prinsip belajar
humanistic yang penting, diantaranya ialah :
1)
Manusia
itu mempunyai kemampuanuntuk belajar secara alami.
2)
Belajar
yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
3)
Belajar
yang menyangkut suatu perubahan didalam persepsi mengenai dirinya sendiri, dianggap
mengancam dan cenderung unutk ditolaknya.
4)
Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan untuk diasimilasikan
apabila ancaman-ancaman dari luar itu semkain kecil
D.
Teori Belajar Konstruktivisme
1.
Orientasi
Belajar menurut
konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman
atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya,
sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan.
Teori
Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
2.
Tokoh-tokoh
teori belajar konstruktivisme
- Driver dan Bell
Driver
dan Bell mengajukan karakteristik sebagai berikut :
o
siswa
tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
o
belajar
mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
- J.J. Piaget
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa jugaa
disebut tahap perkembagan mental, sebagai berikut :
o
perkembangan
intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang selalu terjadi dengan
urutan yang sama. Maksudnya, setiap manusia akan mengalami urutan-urutan
tersebut dan dengan urutan yang sama,
o
tahap-tahap
tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi mental (pengurutan,
pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan penarikan kesimpulan) yang
menunjukkan adanya tingkah laku intelektual,
o
gerak
melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),
proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
- Tasker
Tasker Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat
kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima
3.
Kelebihan
dan kekurangan teori kontruktivisme
Kelebihan:
- Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
- Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menentang siswa.
Kekurangan:
- Siswa mengkontruksi pengetahuannya sendiri.
- Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar